Tahun 2025 kembali menghadirkan tontonan yang memecah belah, kali ini datang dari kedalaman samudra. Ulasan Shark Whisperer Netflix menjadi perbincangan hangat, menghadirkan kisah Ocean Ramsey—seorang konservasionis kelautan dan freediver yang menjadi sensasi viral berkat aksinya berenang bebas tanpa kerangkeng bersama hiu-hiu besar. Diproduseri oleh sutradara pemenang Oscar, James Reed (My Octopus Teacher), film dokumenter ini menjanjikan visual bawah laut yang memukau sekaligus menantang persepsi publik terhadap predator puncak ini. Namun, ia juga membuka perdebatan sengit tentang etika, konservasi, dan peran media sosial dalam aktivisme modern.
Dirilis pada Juni 2025, Shark Whisperer dengan cerdik menampilkan rekaman-rekaman Ocean Ramsey berinteraksi dengan hiu harimau dan hiu putih raksasa dengan jarak yang sangat intim. Aksi ini, yang disebut Ocean sebagai upayanya untuk “menguraikan bahasa hiu” dan menantang citra monster Hollywood, telah mengundang kekaguman global dan jutaan views. Namun, di sisi lain, metode Ramsey dinilai berbahaya dan tidak etis oleh banyak ilmuwan kelautan dan komunitas lokal. Dokumenter ini berusaha menyelami ketegangan tersebut, menyajikan potret berlapis dari sosok yang sangat mempolarisasi ini.
Menggali Ketegangan Ilmiah dan Aktivisme
Poin inti yang diangkat dalam film dokumenter ini adalah konflik antara aktivisme yang didorong oleh visual dan pendekatan konservasi berbasis sains. Ocean Ramsey berpendapat bahwa tindakannya—termasuk kadang kala menyentuh hiu untuk “mengalihkan” mereka—adalah cara paling efektif untuk mengubah narasi publik, dari hiu sebagai monster menjadi makhluk cerdas yang vital bagi ekosistem.
Namun, beberapa ilmuwan dan kritikus yang diwawancarai dalam film berpendapat sebaliknya. Mereka khawatir aksi Ramsey, meskipun niatnya mulia, berisiko mengganggu perilaku alami hiu, memberi contoh buruk kepada masyarakat yang mungkin mencoba meniru, dan menjadikan konservasi sebagai pertunjukan sensasional. Kritik utama adalah, apakah Ramsey benar-benar berusaha melindungi hiu, atau membangun personal branding di balik tujuan mulia? Dokumenter ini menyentuh kritik tersebut dengan menampilkan beberapa pakar yang meragukan apakah Ramsey telah memberikan kontribusi ilmiah yang substansial selain mendapatkan popularitas di media sosial.
Bagaimana Film Membingkai Ulasan Shark Whisperer Netflix
Menariknya, film ini sendiri dikritik karena cara ia membingkai kontroversi tersebut. Beberapa kritikus merasa bahwa Shark Whisperer terlalu berpihak pada Ocean Ramsey dan suaminya, Juan Oliphant (yang juga menjadi kameramen dan mitra selamnya), seringkali menampilkan para penentang Ramsey sebagai “pembenci” yang picik. Namun, beberapa momen paling jujur dalam film justru terjadi ketika ketegangan personal Ocean terekspos. Misalnya, pengakuannya yang santai tentang kemungkinan meninggal saat berinteraksi dengan hiu, sementara suaminya menunjukkan kepedihan yang jelas di wajahnya, menjadi pusat drama manusia yang tersembunyi.
Terlepas dari perdebatan etis, ulasan Shark Whisperer Netflix sepakat bahwa visual bawah laut yang disajikan oleh tim produksi sungguh luar biasa. Rekaman intim yang menangkap detail kulit hiu, mata mereka, dan interaksi yang tenang dengan Ocean, memberikan pengalaman sinematik yang langka dan menakjubkan. Kualitas visual inilah yang menjadi alasan terkuat mengapa film ini patut ditonton, terlepas dari perspektif yang Anda pegang terhadap Ocean Ramsey.
Mempertanyakan Kisah “Penyelamat” Lokal
Salah satu sudut pandang penting yang luput dari fokus penuh dokumenter adalah kontribusi dari komunitas lokal. Meskipun Shark Whisperer menyoroti upaya Ocean Ramsey dalam melobi undang-undang perlindungan hiu di Hawaii (yang akhirnya disahkan), beberapa suara dari komunitas Native Hawaiian merasa bahwa narasi film secara keseluruhan mereduksi mereka menjadi sekadar penghalang atau karakter pendukung.
Dalam tradisi Kānaka Maoli (penduduk asli Hawaii), hiu (manō) adalah aumākua—wali keluarga yang dihormati secara sakral. Penghormatan sejati sering kali berarti menjaga jarak suci, bukan mengendalikan atau menjadikan mereka konten. Kritik ini menunjukkan bahwa dengan menempatkan Ocean Ramsey sebagai “penyelamat” tunggal, film ini mengaburkan kerja keras konservasionis lokal yang telah berjuang tanpa sensasi media sosial selama beberapa generasi.
Dampak Film pada Persepsi Publik
Pada akhirnya, Shark Whisperer adalah studi karakter yang kompleks dan cerminan tentang bagaimana media sosial mengubah wajah aktivisme. Film ini tidak memberikan jawaban mudah, tetapi memaksa kita untuk mengajukan pertanyaan sulit: Apakah hasil (perlindungan hiu) membenarkan metode (sensasi dan risiko)? Dan, apakah kita, sebagai penonton, tertarik pada misi konservasi atau pada tontonan yang mendebarkan?
Meski kontroversial, ulasan Shark Whisperer Netflix menegaskan bahwa film ini berhasil dalam satu hal: menstimulasi percakapan global. Dengan sinematografi yang memesona dan narasi yang provokatif, ia memastikan bahwa hiu dan isu konservasinya akan terus diperbincangkan—sesuatu yang mungkin menjadi tujuan utama Ocean Ramsey dan tim dokumenter sejak awal. Ini adalah tontonan yang menawan dan membuat tegang, meski ia mungkin meninggalkan rasa mual etis setelah kredit penutupnya bergulir.
Baca juga:
- Kedalaman Kisah One Day in America
- Ulasan Film Kulu’s Journey: Sebuah Kisah Harapan tentang Mamalia Paling Terancam Punah
- Review Film Gundik: Horor, Komedi, dan Heist dalam Balutan Mistis
Informasi ini dipersembahkan oleh Empire88