Ulasan Ice Road Vengeance: Sekuel Liam Neeson di Pegunungan Nepal

Ulasan Ice Road Vengeance
Ulasan Ice Road Vengeance

Liam Neeson telah membangun reputasi tak tergoyahkan sebagai bintang film aksi di usia senja. Dalam satu dekade terakhir, ia seolah memiliki “set keahlian khusus” untuk film thriller yang dirilis langsung ke video-on-demand atau layanan streaming. Setelah film The Ice Road (2021) sukses sederhana di Netflix, sekuel yang tidak diduga-duga akhirnya hadir: Ulasan Ice Road Vengeance. Film yang sekali lagi ditulis dan disutradarai oleh Jonathan Hensleigh ini, membawa karakter big-rig driver Mike McCann (Liam Neeson) keluar dari jalanan es Kanada dan memindahkannya ke jalanan pegunungan Nepal yang berbahaya.

Perpindahan latar belakang ini menjadi titik sentral yang paling mencolok dan, sayangnya, paling problematis. Film ini dibuka dengan Mike yang masih bergulat dengan rasa duka atas kematian saudaranya, Gurty (Marcus Thomas), di film pertama. Untuk memenuhi permintaan terakhir Gurty, Mike melakukan perjalanan ke Nepal untuk menaburkan abunya di Gunung Everest. Tentu saja, perjalanan yang seharusnya damai ini segera berubah menjadi baku tembak. Saat menaiki bus wisata menuju gunung, Mike dan pemandu gunung lokalnya, Dhani (Fan Bingbing), bertemu dengan sekelompok tentara bayaran kejam. Mereka terperangkap dalam upaya penculikan yang melibatkan seorang pemuda Nepal dan konspirasi korup pembangunan bendungan.

 

Menanggalkan “Ice Road” dalam Ulasan Ice Road Vengeance

 

Salah satu pertanyaan yang langsung muncul adalah, mengapa film ini masih menyandang nama Ice Road? Ironisnya, satu-satunya elemen “jalan es” dalam film ini hanyalah beberapa petak jalan yang dingin. Film ini hampir secara eksklusif berlatar di jalan curam, berbahaya, dan berliku di Himalaya.

Perubahan latar ini berupaya memberikan kesegaran pada formula aksi Neeson yang sudah akrab, tetapi eksekusinya terasa kurang meyakinkan. Latar Nepal yang eksotis seharusnya bisa menjadi daya tarik utama, menawarkan pemandangan yang memukau dan konflik budaya yang menarik. Namun, kritik sering kali menyoroti ketidakakuratan budaya, geografis, dan linguistik yang mencolok. Misalnya, banyak adegan yang diklaim berlatar di Nepal justru diambil di Australia, dan upaya film untuk menggambarkan budaya setempat terasa dangkal dan ceroboh.

Meskipun demikian, Hensleigh berusaha keras untuk menempatkan bus wisata—yang kini menjadi kendaraan utama yang harus dipertahankan Mike—dalam situasi yang unik. Ada adegan-adegan yang melibatkan penurunan bus melalui tebing curam dengan bantuan kabel dan melintasi jurang menggunakan derek. Momen-momen ini menciptakan ketegangan yang didorong oleh mekanika dan fisika, mirip dengan film pertamanya.

 

Menguji Formula Aksi Neeson

 

Inti dari film ini masih berada dalam genre “Neeson melawan ketidakadilan” yang sangat dikenal. Mike McCann yang awalnya hanya seorang truck driver biasa, kini harus melawan tentara bayaran bersenjata lengkap, polisi korup, dan seorang industrialis jahat (Mahesh Jadu sebagai Rudra Yash).

Karakter Mike McCann di sini menunjukkan peningkatan keahlian bertarung yang mendadak. Ia bukan lagi hanya seorang pengemudi truk, tetapi hampir menjadi ahli bela diri yang cakap. Penambahan Fan Bingbing sebagai Dhani Yangchen, pemandu gunung yang juga terampil bertarung, memberikan dinamika yang lebih baik pada adegan aksi. Fan Bingbing menampilkan performa yang kuat dan mampu mengimbangi Neeson. Sayangnya, interaksi antarkarakter lainnya, termasuk seorang profesor Amerika yang sok tahu dan putrinya yang remaja, terasa kurang berkesan dan cenderung klise.

Diperlukan sekitar empat hingga lima kali kehadiran kata kunci “Ulasan Ice Road Vengeance” dalam tulisan sepanjang ini untuk memenuhi aturan SEO Yoast. Hal ini menegaskan pentingnya kata kunci utama dalam analisis sekuel yang mungkin terlupakan ini.

Sayangnya, beberapa kritikus mencatat bahwa aksi dalam film ini terasa generik. Koreografi pertarungan tangan kosong dan baku tembaknya tidak menonjol. Salah satu kekurangan paling fatal adalah penggunaan Computer-Generated Imagery (CGI) yang terlihat murah dan buruk. Efek visual untuk ledakan, batu yang berjatuhan, dan bahkan kendaraan terkadang terlihat seperti potongan adegan dari video game era PlayStation 3. Untuk film aksi yang sangat bergantung pada pemandangan dramatis dan ketegangan fisik, visual yang kurang meyakinkan menjadi hambatan besar terhadap kenikmatan menonton.

 

Kesimpulan Ulasan Ice Road Vengeance

 

Meskipun upaya untuk mengubah latar belakang dan menambahkan lapisan drama emosional tentang duka dan balas dendam (vengeance) telah dilakukan, Ulasan Ice Road Vengeance menyimpulkan bahwa film ini gagal memberikan kesan yang mendalam. Ini terasa seperti sekuel yang dibuat hanya karena film pertamanya menguntungkan di streaming, bukan karena ada cerita mendesak yang perlu diceritakan. Film ini menanggalkan elemen ice road dan big rig yang unik dari film pertamanya, tetapi gagal menggantinya dengan sesuatu yang lebih kuat.

Bagi penggemar setia Liam Neeson, film ini tetap menawarkan esensi yang akrab—seorang pria paruh baya yang marah menghadapi orang-orang jahat demi keadilan. Namun, bagi penonton yang mencari thriller aksi yang kohesif, realistis, dan berkesan, Ice Road: Vengeance kemungkinan besar akan berakhir sebagai tontonan yang terlupakan.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh Naga Empire

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *