Ulasan Film Night Always Comes: Perjalanan Satu Malam Penuh Desperasi dan Konsekuensi

Ulasan Film Night Always Comes
Ulasan Film Night Always Comes

Film terbaru Netflix, Night Always Comes, yang disutradarai oleh Benjamin Caron (dikenal lewat karya-karya seperti The Crown dan Andor), bukanlah tontonan thriller kriminal biasa. Diadaptasi dari novel tahun 2021 karya Willy Vlautin, film ini menjerumuskan penonton ke dalam odisei yang mencekam selama satu malam di Portland, Oregon. Inti ceritanya berpusat pada Lynette (diperankan secara brilian oleh Vanessa Kirby), seorang wanita yang harus melakukan segala cara untuk mengumpulkan $25.000 dalam waktu kurang dari 24 jam. Uang tersebut adalah satu-satunya harapan untuk membeli rumah masa kecilnya, tempat ia tinggal bersama ibunya, Doreen (Jennifer Jason Leigh), dan kakak laki-lakinya, Kenny (Zack Gottsagen), yang mengidap Down syndrome. Film ini secara efektif menyoroti isu-isu nyata seputar krisis perumahan, kesenjangan ekonomi, dan harga mahal dari sebuah harapan. Mempertaruhkan segalanya, Lynette terpaksa menghadapi masa lalunya yang kelam, dan di sinilah letak kekuatan utama dari Ulasan Film Night Always Comes ini.

 

Drama Keluarga di Tepi Jurang

 

Film ini dibuka dengan situasi yang segera menimbulkan tekanan emosional. Lynette, seorang wanita pekerja keras yang mengambil banyak pekerjaan (termasuk sebagai pramusaji dan escort), telah menyisihkan uang untuk uang muka rumah kontrakan mereka. Rencana penyelamatan ini hancur seketika ketika ibunya, Doreen, secara impulsif menghabiskan semua uang tersebut untuk membeli mobil baru. Tindakan yang secara sepihak dan egois ini mendorong Lynette ke dalam kegilaan yang hanya bisa diatasi dengan keputusan-keputusan ekstrem.

Dalam Night Always Comes, rumah adalah simbol. Bukan hanya sekadar tempat berlindung, tetapi juga pilar stabilitas untuk Kenny, adiknya, yang sangat bergantung padanya. Kebutuhan untuk melindungi Kenny—dan satu-satunya ikatan keluarga yang tersisa—menjadi motor penggerak utama Lynette. Karakternya digambarkan sebagai sosok yang keras kepala, ulet, namun juga sangat rentan, suatu gambaran yang disampaikan Kirby dengan ekspresi yang gelisah dan penuh tekanan.

 

Eksplorasi Dunia Gelap dalam Ulasan Film Night Always Comes

 

Malam panjang Lynette menjadi serangkaian pertemuan yang semakin berbahaya. Untuk mendapatkan $25.000, ia terpaksa menelusuri kembali jalanan gelap dan koneksi-koneksi berbahaya dari masa lalunya yang ia coba tinggalkan. Perjalanan ini membawanya pada:

  • Mantan Klien: Lynette kembali menemui kliennya (Randall Park) untuk meminjam uang, yang sayangnya malah memperburuk keadaannya.
  • Teman Lama dan Utang: Upayanya untuk menagih utang dari seorang teman lama (Julia Fox) hanya memberinya masalah baru.
  • Mantan Pacar dan Dunia Kriminal: Pertemuan dengan mantan pacarnya, Tommy (Michael Kelly), sosok yang dulu memanfaatkannya dalam perdagangan seksual, membawanya semakin jauh ke dalam dunia kriminal, termasuk berurusan dengan narkotika dan kekerasan.

Caron sebagai sutradara, dengan pengalaman sinematik yang kuat dari serial ternama, berhasil menciptakan atmosfer yang mentah, tegang, dan tak kenal ampun. Dengan kamera yang terasa gelisah dan pencahayaan minim, penonton dibuat seolah-olah mengikuti setiap langkah tergesa-gesa Lynette di jalanan pinggiran kota Portland. Setiap adegan terasa seperti jebakan yang membuat penonton menahan napas.

 

Akting Vanessa Kirby dan Para Aktor Pendukung

 

Tidak diragukan lagi, film ini adalah panggung bagi Vanessa Kirby. Penampilannya adalah magnet utama dari Ulasan Film Night Always Comes ini. Ia tidak memerankan Lynette sebagai pahlawan wanita yang tak terkalahkan. Sebaliknya, Lynette terluka, membuat kesalahan bodoh, dan terlihat jelas ketakutannya. Kirby menunjukkan lapisan emosi yang kompleks—dari kemarahan yang tertahan hingga ledakan keputusasaan—yang membuat karakter ini terasa sangat manusiawi dan mudah dipahami, meskipun situasinya luar biasa ekstrem.

Sementara itu, peran pendukung, terutama Zack Gottsagen sebagai Kenny, memberikan hati pada film yang terasa suram ini. Kenny adalah titik terang dan alasan Lynette terus berjuang. Interaksi mereka menawarkan momen-momen kehangatan yang kontras dengan kekejaman malam. Namun, beberapa karakter pendukung lainnya terasa kurang dikembangkan, berfungsi hanya sebagai alat naratif yang mempercepat plot, alih-alih sebagai karakter berlapis dalam narasi.

 

Sebuah Komentar Sosial yang Tajam

 

Night Always Comes berhasil menyajikan drama thriller yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu perenungan. Film ini berbicara lantang tentang betapa mudahnya seseorang—meskipun bekerja keras—bisa terdorong ke tepi jurang kemiskinan dan kehilangan segalanya hanya karena satu keputusan buruk.

Namun, di akhir malam yang penuh gejolak itu, film ini tidak menawarkan resolusi yang manis. Lynette, meskipun telah berjuang mati-matian, dihadapkan pada kenyataan bahwa tekad dan usaha kerasnya tidak selalu cukup untuk mengalahkan sistem yang sudah rusak. Ulasan Film Night Always Comes ini menyimpulkan bahwa film ini adalah sebuah studi karakter yang visceral tentang harga yang harus dibayar seseorang untuk tetap bertahan hidup, dan pilihan sulit yang dibuat ketika kegelapan telah tiba. Meskipun mungkin ending-nya tidak menyenangkan bagi semua orang, film ini berhasil meninggalkan kesan mendalam tentang ketahanan manusia dan realitas suram kehidupan di bawah garis kemiskinan.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh Paus Empire

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *