Setelah setahun penuh terkunci dalam karantina, janji akan kebebasan pasca-kelulusan terasa manis bagi sekelompok siswa sekolah menengah atas di Spanyol. Momen perpisahan yang dinanti-nantikan adalah perjalanan ke Mallorca, yang mereka yakini akan menjadi pesta terbesar dalam hidup mereka. Namun, alih-alih menikmati pantai yang cerah dan klub malam yang ramai, rencana mereka seketika berantakan. Ketika wabah COVID-19 baru memaksa seluruh rombongan masuk ke karantina hotel, dimulailah kekacauan liar yang diabadikan dalam Ulasan Film Mallorca ini.
Film komedi Spanyol, Viaje de fin de curso: Mallorca (2025), yang disutradarai oleh Paco Caballero, terinspirasi dari peristiwa nyata karantina ratusan siswa di Mallorca pada Juni 2021. Film ini dengan berani menyoroti sisi gelap dan terang dari generasi yang haus akan hiburan setelah terisolasi. Dengan lebih dari 50 siswa yang dikurung dalam satu hotel hanya dengan dua guru—Ortrud yang konyol (diperankan oleh Yolanda Ramos) dan guru lainnya—formula untuk bencana komedi telah terpasang.
Film ini bukan sekadar komedi remaja biasa; ia adalah kapsul waktu tentang kemarahan, frustrasi, dan kebutuhan untuk merasa hidup di tengah batasan pandemi. Para siswa, yang diperankan oleh talenta muda seperti Berta Castañé (Gala) dan Sara Vidorreta (Nicky), memanfaatkan kesempatan ini untuk “balas dendam” atas waktu yang hilang, mengubah hotel karantina menjadi ajang pesta tanpa henti yang sarat alkohol, obat-obatan, dan kenakalan ekstrem.
Kekuatan dan Keberanian Ulasan Film Mallorca
Salah satu elemen kunci yang membuat film ini menonjol adalah kebrutalan dan kejujurannya dalam menggambarkan perilaku remaja. Ia tidak berusaha memperhalus atau menghakimi; sebaliknya, film ini menyuguhkan gambaran mentah tentang upaya remaja untuk mendefinisikan batas mereka di saat kontrol orang dewasa telah lenyap.
Namun, di balik lapisan pesta yang kacau, terdapat upaya eksplorasi tema sosial. Film ini menyentuh isu-isu yang relevan dengan masa karantina dan digitalisasi kehidupan, seperti body shaming, slut-shaming, hingga penggunaan media sosial untuk menyebarkan informasi tanpa izin. Sutradara Paco Caballero berhasil menciptakan sebuah lingkungan yang terasa sesak sekaligus membebaskan. Keterlibatan Yolanda Ramos sebagai guru yang lucu dan bermasalah menjadi kontras komedi yang cemerlang terhadap energi agresif para remaja. Penampilannya yang sangat menghibur telah diakui sebagai salah satu poin positif dalam berbagai Ulasan Film Mallorca.
Meskipun plot utama berpusat pada upaya para siswa untuk mengadakan pesta terbesar di bawah pengawasan minimal, film ini juga mencoba menggali dinamika karakter yang lebih dalam. Ada Gala, siswi perfeksionis yang mencoba keluar dari bayang-bayang orang tuanya yang mengendalikan; ada pula Nicky, si pemberontak yang justru menemukan kerentanan di balik fasad kerasnya.
Kehilangan Fokus di Tengah Kebisingan Pesta
Sayangnya, dalam durasinya yang padat, Graduation Trip: Mallorca terkadang kehilangan fokus. Dengan begitu banyak karakter yang harus diperkenalkan—lebih dari 50 siswa—beberapa alur cerita terasa terburu-buru atau dangkal. Plot yang melibatkan ancaman polisi dan upaya karantina yang ketat sering kali tereduksi menjadi latar belakang untuk kenakalan berikutnya, alih-alih menjadi ketegangan naratif yang kuat.
Film ini memiliki potensi besar untuk menjadi pernyataan sosial yang tajam tentang dampak pandemi pada generasi muda, tetapi sayangnya, ia lebih sering memilih jalur komedi kasar. Dialognya, yang dimaksudkan untuk menjadi otentik dan “seperti remaja”, terkadang terasa dibuat-buat atau terlalu berlebihan, mengurangi dampak emosional dari beberapa adegan yang lebih serius.
Apakah Layak Ditonton? Kesimpulan Ulasan Film Mallorca
Secara keseluruhan, Ulasan Film Mallorca ini menyimpulkan bahwa film ini adalah tontonan yang menghibur dan energik, terutama bagi penonton yang menyukai komedi remaja Spanyol yang berani dan blak-blakan. Ini adalah film yang brutal dan jujur dalam menggambarkan kelebihan dan kekurangan generasi Z, meskipun terkadang ia mengorbankan kedalaman karakter demi lelucon.
Film ini berhasil dalam satu hal: menangkap perasaan yang dialami banyak lulusan di tahun 2021—perasaan terperangkap, keinginan untuk melepaskan diri, dan carpe diem yang terdistorsi. Jika Anda mencari film yang bisa membuat Anda tertawa dan bergidik pada kenakalan remaja yang ekstrem, Graduation Trip: Mallorca memberikan dosis energi liar yang Anda butuhkan. Tetapi jika Anda mencari narasi yang lebih halus atau kritik sosial yang mendalam, Anda mungkin akan kecewa. Film ini adalah pesta, dan seperti pesta yang baik, ia keras, berantakan, dan meninggalkan kekacauan.
Baca juga:
- Ulasan Film The Woman in the Yard: Teror Psikologis dan Duka
- Ulasan Film Honeymoon Crasher: Komedi Ganjil Penuh Kehangatan Keluarga
- Ulasan The Lost Bus: Epik Bencana Penuh Ketegangan Manusia
Informasi ini dipersembahkan oleh macan empire
