Review Film Wicked: Ekspektasi vs Realita di Layar Lebar

Review film Wicked
Review film Wicked

Setelah penantian panjang selama bertahun-tahun, akhirnya adaptasi layar lebar dari musikal Broadway yang sangat dicintai, Wicked, tiba di bioskop. Film ini mengisahkan kembali cerita yang sudah familiar dari perspektif yang berbeda, berfokus pada persahabatan antara Elphaba Thropp dan Glinda Upland. Sejak diumumkan, ekspektasi terhadap film ini sangat tinggi, terutama karena popularitas musikal aslinya dan nama-nama besar di balik produksinya. Maka, pertanyaan besar yang muncul adalah, mampukah review film Wicked ini menjawab apakah adaptasi ini berhasil menerjemahkan sihir panggung ke dalam sinema?

Film ini mengambil risiko besar. Mereka membawa pertunjukan yang berdurasi panjang ke bioskop. Namun, dengan arahan Jon M. Chu dan penampilan luar biasa dari para pemainnya, film ini berhasil mengatasi tantangan tersebut.

 

Review Film Wicked: Kekuatan Para Pemeran Utama

 

Salah satu keputusan paling krusial dalam produksi ini adalah pemilihan pemeran utama. Cynthia Erivo, sebagai Elphaba, dan Ariana Grande, sebagai Glinda, memiliki tanggung jawab besar. Mereka harus mengikuti jejak para aktris legendaris yang memerankan peran ini di panggung. Erivo, yang dikenal karena suaranya yang kuat dan penampilannya yang emosional, membawa kedalaman yang luar biasa pada karakter Elphaba. Ia dengan sempurna menggambarkan perjuangan Elphaba. Ia adalah seorang wanita yang salah paham dan ditakdirkan untuk menjadi tokoh jahat.

Di sisi lain, Ariana Grande sebagai Glinda tampil memukau. Ia tampil dengan energi yang luar biasa. Ia berhasil menangkap esensi Glinda yang ceria dan kadang-kadang naif. Karisma dan timing komedinya bersinar terang. Ini membuat dinamika antara Elphaba dan Glinda menjadi inti emosional dari cerita.

Chemistry antara Erivo dan Grande adalah jantung film. Itu adalah faktor penentu. Mereka berhasil membangun ikatan persahabatan yang otentik. Ikatan ini meyakinkan penonton. Bahkan ketika jalan mereka mulai terpisah, Anda dapat merasakan kesedihan yang mendalam.

 

Menghidupkan Oz dengan Visual Spektakuler

 

Sutradara Jon M. Chu, yang dikenal karena karyanya di Crazy Rich Asians dan In the Heights, membawa visinya yang unik ke Oz. Ia menciptakan dunia yang kaya dan imersif. Desain produksi oleh Nathan Crowley patut diacungi jempol. Mulai dari keagungan Universitas Shiz hingga kota zamrud yang berkilauan. Setiap latar terasa hidup dan penuh detail. Visual efek yang digunakan juga terasa lebih nyata dan terhubung dengan dunia yang dibuat. Ini berbeda dengan beberapa film musikal modern lainnya.

Adegan musikalnya juga disajikan dengan indah. Chu berhasil membuat koreografi yang sinematik. Ini bukan hanya pertunjukan panggung yang direkam. Ia memanfaatkan medium film secara penuh. Ia menggunakan sudut kamera yang dinamis dan pergerakan yang mulus. Ini adalah cara yang ia gunakan untuk menceritakan kisah melalui lagu.

Meskipun film ini memiliki palet warna yang sedikit lebih redup daripada musikal aslinya, hal ini terasa disengaja. Ini dilakukan untuk menekankan tema-tema yang lebih gelap. Itu adalah tema-tema tentang penindasan dan prasangka.

 

Mengapa Film Ini Dibagi Menjadi Dua Bagian?

 

Salah satu keputusan yang paling banyak dibicarakan adalah membagi film menjadi dua bagian. Bagian pertama, yang rilis pada tahun 2024, mengakhiri cerita di titik yang sama dengan akhir babak pertama musikal. Hal ini memberikan ruang bagi para pembuat film untuk mengembangkan karakter lebih dalam. Mereka juga dapat menyertakan lebih banyak detail dari novel aslinya.

Pembagian ini memungkinkan cerita Elphaba dan Glinda. Cerita ini memiliki narasi yang tidak terburu-buru. Mereka memberikan waktu bagi penonton. Penonton dapat terhubung secara emosional dengan perjalanan kedua karakter ini. Ini juga memberi para pembuat film kesempatan. Kesempatan ini adalah untuk menghormati musik dan lirik yang brilian. Mereka dapat membiarkan setiap lagu bernafas.

Namun, beberapa orang merasa bahwa keputusan ini adalah taruhan besar. Mereka khawatir audiens akan kehilangan minat. Terutama saat menunggu bagian kedua. Bagian kedua dijadwalkan akan dirilis pada akhir tahun 2025. Terlepas dari risiko tersebut, pendekatan ini menunjukkan bahwa para pembuat film ini serius. Mereka ingin memberikan pengalaman yang komprehensif.

 

Review Film Wicked: Lebih dari Sekadar Adaptasi Musikal

 

Pada akhirnya, review film Wicked ini menyimpulkan bahwa film ini berhasil. Film ini berhasil menjadi lebih dari sekadar adaptasi. Film ini adalah karya sinematik yang berdiri sendiri. Ini adalah kisah yang relevan tentang persahabatan, ketidakadilan, dan juga tentang bagaimana persepsi publik dapat membentuk takdir seseorang.

Dengan visual yang memukau, penampilan yang kuat, dan narasi yang berakar pada tema-tema universal, Wicked tidak hanya akan memuaskan para penggemar berat. Film ini juga akan menarik audiens baru. Film ini akan membuat mereka jatuh cinta pada dunia Oz. Mereka akan jatuh cinta pada kisah Elphaba dan Glinda. Meskipun ada beberapa ketidaksempurnaan, film ini adalah bukti. Bukti bahwa film musikal masih memiliki tempat yang penting di layar lebar

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh Empire88

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *