Drama Keluarga Indonesia: Review Film A Brother and 7 Siblings Hangat

Review film A Brother and 7 Siblings hangat
Review film A Brother and 7 Siblings hangat

Industri film Indonesia terus menghasilkan karya-karya yang mampu menyentuh hati penonton dengan kisah-kisah yang relevan dan penuh makna. Salah satu rilisan terbaru yang menarik perhatian adalah “A Brother and 7 Siblings”, sebuah drama keluarga yang disutradarai oleh Yandy Laurens. Film ini, yang diadaptasi dari sinetron klasik “1 Kakak 7 Ponakan” karya Arswendo Atmowiloto, berhasil membungkus premis melodramatis menjadi sebuah narasi yang lembut namun mendalam. Dalam review film A Brother and 7 Siblings hangat ini, kita akan mengulas mengapa film ini mampu memberikan kehangatan dan pelajaran berharga tentang keluarga, pengorbanan, dan bagaimana cinta sejati dapat menjadi beban sekaligus kekuatan.

 

Sinopsis Singkat: Beban di Pundak Seorang Kakak

“A Brother and 7 Siblings” (judul asli: 1 Kakak 7 Ponakan) menceritakan kisah Moko (diperankan oleh Chicco Kurniawan), seorang mahasiswa arsitektur muda yang memiliki impian besar untuk melanjutkan studi magister. Hidupnya yang ceria bersama kakak perempuannya, Agnes, suami Agnes, Atmo, dan ketiga keponakan mereka (Woko, Nina, dan Ano) berubah drastis dalam sekejap.

  • Tragedi Mendadak: Dalam satu hari yang kelam, Moko kehilangan Agnes dan Atmo secara tak terduga. Tragedi ini bukan hanya merenggut orang yang dicintainya, tetapi juga menempatkan Moko dalam posisi yang tak terduga: menjadi wali tunggal bagi keempat keponakannya, termasuk bayi yang baru lahir.
  • Pertaruhan Masa Depan: Impian Moko untuk mengejar karier dan kehidupan cintanya dengan Maurin (Amanda Rawles) harus tertunda. Ia dihadapkan pada pilihan sulit antara mengejar ambisi pribadinya atau menerima tanggung jawab besar sebagai “orang tua tunggal” bagi keponakan-keponakannya.
  • Perjuangan dan Kebahagiaan Kecil: Film ini mengisahkan perjuangan Moko dalam menafkahi dan merawat ketujuh ponakannya (termasuk seorang anak dari guru piano lamanya yang juga ikut tinggal bersamanya). Meskipun dihantam berbagai kesulitan finansial dan emosional, Moko berusaha keras untuk selalu tersenyum demi anak-anak, menemukan kebahagiaan kecil di tengah kekacauan, seperti menjelajahi dunia melalui Google Earth bersama ponakannya.

Premis inilah yang menjadi fondasi utama dalam review film A Brother and 7 Siblings hangat ini.

 

Pemeran dan Performa Akting yang Memukau

Salah satu kekuatan terbesar film ini terletak pada jajaran pemain dan penampilan mereka yang tulus.

  • Chicco Kurniawan sebagai Moko: Chicco Kurniawan berhasil memikul beban film ini di pundaknya. Ia memerankan Moko dengan sangat meyakinkan, seorang pria muda yang ceria di luar, namun hampa dan rapuh di dalam. Penampilannya yang penuh nuansa menggambarkan perjuangan batin Moko antara pengorbanan dan keputusasaan, menjadi jangkar emosional film ini.
  • Amanda Rawles sebagai Maurin: Amanda Rawles memberikan penampilan yang solid sebagai Maurin, pacar Moko yang setia dan suportif. Chemistry antara Chicco dan Amanda terasa alami dan menambah lapisan romansa yang penting dalam cerita.
  • Ringgo Agus Rahman sebagai Eka: Ringgo Agus Rahman sekali lagi menunjukkan kemampuannya sebagai aktor pendukung yang mencuri perhatian. Peran Eka, kakak ipar Moko (dan suami dari saudara perempuan Moko yang lain, Osa, diperankan oleh Niken Anjani), membawa elemen humor dan dinamika keluarga yang lebih kompleks.
  • Aktor Cilik dan Remaja: Para pemeran anak-anak dan remaja, seperti Fatih Unru (Woko), Freya Jayawardana (Nina), Ahmad Nadif (Ano), dan Kawai Labiba (Gadis/Ais), juga patut diacungi jempol. Mereka tidak hanya melengkapi cerita tetapi juga memberikan momen-momen yang tulus dan mengharukan, menambah kehangatan keluarga dalam film.

Kualitas akting ini menjadi nilai tambah yang besar dalam review film A Brother and 7 Siblings hangat ini.

 

Arahan Yandy Laurens: Sentuhan Humanis yang Khas

Yandy Laurens, sutradara di balik “Keluarga Cemara” dan “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film”, sekali lagi membuktikan kemampuannya dalam menggarap drama keluarga dengan sentuhan humanis yang mendalam.

  • Pendekatan “Fabel-like”: Yandy Laurens menghadirkan cerita dengan gaya “fabel-like”, sebuah pendekatan yang membuat narasi terasa seperti dongeng modern tentang perjuangan dan cinta.
  • Melodrama yang Terkendali: Meskipun premisnya sarat melodrama, Yandy berhasil mengendalikannya agar tidak berlebihan. Ia menyajikan rasa sakit dan penderitaan dengan kelembutan, fokus pada bagaimana cinta, bahkan ketika tulus, dapat menjadi beban tanpa dukungan kolektif.
  • Humor yang Tepat: Film ini juga diselingi dengan humor yang muncul di momen-momen tak terduga, memberikan jeda yang menyegarkan dari drama yang intens. Humor ini terasa lokal namun efektif, menunjukkan kepiawaian Yandy dalam mengarahkan.
  • Komentar Sosial Subtil: Ada komentar subtil namun penting tentang peran laki-laki dari generasi sebelumnya yang seringkali tidak berguna atau bahkan bermasalah. Ini terlihat melalui karakter seperti ayah para protagonis dan guru piano.

Arahan yang kuat ini adalah alasan mengapa review film A Brother and 7 Siblings hangat sangat positif.

 

Aspek Teknis dan Pesan yang Disampaikan

Selain performa akting dan arahan, aspek teknis film juga mendukung penceritaan.

  • Sinematografi dan Editing: Sinematografi oleh Dimas Bagus Triatma Yoga umumnya berhasil menangkap esensi kehangatan keluarga, terutama dalam adegan-adegan yang melibatkan banyak karakter. Meskipun beberapa close-up mungkin terasa berlebihan, secara keseluruhan visualnya mendukung cerita. Editing oleh Hendra Adhi Susanto menjaga tempo film yang pas, meskipun beberapa kritikus berpendapat durasinya bisa lebih ringkas.
  • Simbolisme Piano: Karakter Gadis (Ais) dan piano yang ia mainkan menjadi simbol penting dalam film ini. Piano dapat melambangkan persatuan keluarga, di mana semua orang berkumpul dan menciptakan kenangan indah di sekitarnya, memberikan momen kebersamaan yang hangat.
  • Pesan Mendalam: “A Brother and 7 Siblings” menyampaikan pesan kuat tentang pengorbanan, resiliensi, dan arti keluarga. Film ini dengan cerdas membongkar mitos tentang “pria pengasuh yang rela berkorban”, menunjukkan bahwa bahkan cinta yang paling tulus pun membutuhkan dukungan dan sumber daya yang memadai. Film ini juga menyentil tentang ilusi keseimbangan kerja-hidup di era kapitalisme akhir.

Pesan-pesan ini membuat review film A Brother and 7 Siblings hangat ini relevan bagi banyak penonton.

 

Kesimpulan: Review Film A Brother and 7 Siblings Hangat, Perjalanan Emosional yang Berharga

Secara keseluruhan, review film A Brother and 7 Siblings hangat ini menegaskan bahwa Yandy Laurens berhasil menghadirkan sebuah drama keluarga yang menyentuh dan bermakna. Meskipun durasinya sedikit terlalu panjang dan beberapa elemen melodramatis bisa lebih diringkas, film ini tetap menyenangkan untuk ditonton dan mampu mengalirkan kehangatan yang mendalam.

“A Brother and 7 Siblings” adalah “film sup untuk jiwa” yang mengajarkan kita tentang kompleksitas cinta dan tanggung jawab dalam sebuah keluarga. Dengan penampilan luar biasa dari Chicco Kurniawan dan seluruh jajaran pemain, serta arahan yang penuh empati dari Yandy Laurens, film ini patut menjadi salah satu tontonan wajib bagi pecinta drama keluarga Indonesia. Ia berhasil membuktikan bahwa kebahagiaan dapat ditemukan bahkan di tengah absennya, dari kegembiraan-kegembiraan kecil yang terselip dalam arsitektur kesedihan yang tak henti-hentinya.

Baca juga:

Informasi ini diperrsembahkan oleh Naga Empire

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *